Sabtu, 21 Desember 2013

Tahlil dan Problematikanya



A.   PENGERTIAN

Tahlil secara bahasa adalah pengucapan kalimat .     لا اله الا الله   tahlil sering disebut tahlilan, yaitu berkumpulnya orang- orang untuk melakukan do’a bersama bagi orang yang sudah meninggal dunia, dengan harapan semoga orang yang sudah meninggal itu amalnya diterima oleh Allah SWT. dan dosanya diampuni.(antologi NU, hal. 147).


B.   KANDUNGAN TAHLIL
Dalan bacaan tahlil tidak hanya kalimat la ilaha illallah saja, akan tetapi di dalamnya berisi bacaan al-Qur’an, dzikir, shalawat, kalimat tasbih, takbir, dan do’a sebagai penutup.
1.      Bacaan al-Qur’an
Ketahuilah, bacaan al-Qur’an adalah dzikir yang paling utama dan dituntut membacanya dengan seksama. Pembacaan itu memiliki cara dan tujuan. Patutlah orang selalu membacanya siang dan malam.
اقرؤا القران فإنه ياءتى يوم القيامة شفيعاً لأصحابه (الحديث)

(adzkar an-nawawi).disamping itu membaca al-Qur'an merupakan anjuran nabi SAW, sabdanya :

2.      Dzikir.
Umat islam diperintahkan Allah dan rasul supaya banyak berdzikir(menyebut nama Allah)
الذين أمنوا و تطمئن قلوبهم بذكر الله (قلى) الا بذكر الله تطمئن قلوب (الرعد : 28)
يايها الذين أمنوا اذكروا الله ذكراً كثيراً و سبحوه  بكرةً واصيلا (الاحزاب 42-41)
dengan lisan dan hati, baik ketika siang maupun malam. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan hal itu:
·          
“hai sekalian orang mu’min! ingatlah Allah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah memuji Allah pagi-pagi dan petang-petang"
·          
“orang-orang mu’min hatinya tentram karna mengingat Allah. Ingatlah Allah karna dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.”
3.      Sholawat.
.... يا ايها الذين امنوا صلوا عليه تسليما (الاحزاب :56)
Bersolawat atas rasulullah SAW. , selain merupakan perintah Allah, juga nabi memerintahkannya.
·          
من صلى علي واحدةً صلى الله عشراً (رواه مسلم)
“hai orang- orang yang beriman, ucapkan sholawat dan salam baginya”
·          
اولى الناس بى يوم القيامة اكثرهم علي صلاةً (رواه الترمذي)
“barang siapa yang mengucapkan sholawat kepadaku dengan satu sholawat, maka Allah memberikan solawat kepadanya sepuluh kali”
·          
4.      Kalimat tahlil.
عن جابر ابن عبد الله رضي الله عنهما يقول: سمعت رسول الله ص م يقول : افضل الذكر لا اله الا الله (رواه الترمذي)
Orang islam dianjurkan agama dan memperbanyak membaca dzikir la ilaha illallah. Dalilnya :

احبّ الكلام الى الله تعالى اربع : سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر لا يضرك بايهن بداءت (رواه مسلم)
واذكر ربك كثيراً وسبّح بالعشي والإبكار  (ال عمران :41 )
كلمتان خفيفتان على الإنسان تقيلتان فى الميزان حبيبتان الى الرحمن : سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
 
Diriwayatkan dalam kitab tirmidzi dari ibnu mas’ud ra, bahwa rasulullah SAW. Bersabda : “ya Muhammad, sampaikan salamku pada ummatmu dan beritaukan meraka bahwa syurga itu baik tanahnya, tawar airnya, dan ia merupakan tanah datar dan bekal untuk memasikinya adalah : subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, allahuakbar”. (hadist hasan)
5.      Tasbih.
Bertasbih merupakan salah satu cara untuk ingat pada Allah, dan ia merupakan perintah agama.
·          
“dan ingatlah Tuhanmu banyak-banyak dan bertasbihlah di waktu petang dan pagi”
·        
(رواه بخار ى و مسلم)
 


“dan perkataaan yang ringan ucapannya, berat timbangannya dan disenangi oleh Yang Maha Pengasih : subhanallah wabihamdihi subhanallah al-adhim ”.
6.      Berdo’a
... ادعوا نى استجب لكم ...  (المؤمن : 60)
Umat islam dengan tidak pandang derajat dan pangkat semuanya diperintahkansupaya banyak berdo’a kepada Tuhan, baik diwaktu malam maupun malam. Kedudukan do’a sangat tinggi dalam ibadah islam. Orang tidak mau berdo’a adalah orang yang sombong, yang menganggap dirinya lebih tinggi, lebih pandai, lebih kaya dari Tuhan. Karena itu berdo’a dengan khusyuk dan tawadhu’, sangat dianjurkan oleh agama islam.

واذا سألك عبادى عن فإنى قريب (قلى) اجيب دعوة الداع اذا دعان ... (البقرة : 156)
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال كان اكثر الدعء النبي ص م :ربنا اتينا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة و قينا عذاب النار
(رواه بخاري و مسلم)
 
C.   SEJARAH ROTIB (SUSUNAN BACAAN)TAHLIL
      Memang, siapa sebenarnya penyusun Ratib Tahlil tersebut, tidak ada kejelasan daei ulama atau kyai maupun referensi sebagai data yang valid dan otentik. Sebagian menisbatkan Ratib Tahlil disusun oleh walisongo saat mereka berdakwah merubah budaya hindu yang sudah begitu mengakar di relung masyarakat Jawa kala itu.
        Sebagian orang lain mengklaim bahwa Ratib Tahlil disusun oleh Imam Al- Barzanji, sebagaimana tercatat dalam salah satu keputusan Bahtsul Masa’il Thariqoh Nahdhiyyah dengan bukti ada sebagian kyai NU yang mempunyai sanad Ratib Tahlil tersebut sampai kepada Imam Al-barzanji.(Benteng Ahlussunnah Waljama’ah, hal. 125)

D.   PROBLEMATIKANYA
        Membaca Ratib Tahlil/ Tahlilan sudah begitu membumi dikalangan masyarakat Nahdiyyin Indonesia atau ahlussunnah pada umumnya, baik itu dilakukan saat berziarah makam atau mengadakan acara selamatan dan lain-lain.
        Akan tetapi Tahlilan seakan-akan tidak ada akhirnya dicederai oleh beberapa kalangan sebagai amalan bid’ah sesat. Dan pelakunya, menurut mereka, berdosa karena mengamalkan sesuatu yang tidak pernah disabdakan, dan diamalkan ileh Rasulullah SAW. maupun Khulafa’ Rasyidin.
        Untuk mengkaji masalah legal dan tidaknya membaca Tahlilan tersebut, dapat kita bahas dari berbagai perspektif.
·         Apakah Ratib Tahlil tersebut memang haram dibaca karena tersusun dari ilham dan bukan dari Rasulullah SAW ?
·         Apakah pahala pembacaannya tersebut boleh dihadiahkan dan sampai kepada mayit ?
·         Apakah si mayit mendapat manfaat dari bacaan tersebut ?
        Ratib Tahlil memang tidak pernah dibaca atau diamalkan oleh Rasulullah SAW dan para salaf, akan tetapi mengatakan haram membaca atau menuduh bid’ah yang haram adalah tidak benar, karena:
1.   Tidak setiap sesuatu (amalan) yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW atau ulama’ salaf adalah haram dilakukan. Mereka tidak melakukan  (tarku : meninggalkan) adalah bukan dalil. Padahal penetapan hukum haram harus melalui dalil(al-Qur'an, sunnah, ijma’, dan qiyas).
2.   Definisi sunnah adalah sabda, perilakuk, akhlaq dan taqrir (persetujuan) Rasulullah SAW serta tidak memasukkan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam definisi sunnah tersebut.
3.   Mengatakan setiap yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah bid’ah yang haram merupakan pernyataan bodoh, tidak objektif serta jahil terhadap hadits-hadits Rasulullah SAW dan ilmu ushul fiqh. Selain itu, juga berbeda dengan pernyataan ulama-ulama islam tentang pengertian bid’ah. Lihat selengkapnya pada penbahasan bid’ah dan problematikanya sebelumnya.
4.   Ratib Tahlil sebagaimana penjelasan diatas adalah berisi ayat al-Qur'an, tasbih, tahlil, sholawat dan do’a-do’a. semua amalan tersebut adalah baik menurut islam. Adapaun menyusun amalan-amalan tersebut menjadi sebuah bacaan atau ratib juga tidak ada larangan dari Rasulullah SAW karena membacanya secara umum adalah anjuran, serta tidak dibatasi waktu dan tempat.
5.   Mengharamkan membaca do’a hasil dari ilham adalah pernyataan bodoh dan bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW. sebagaimana para sahabat rasulullah SAW juga pernah berdo’a dengan do’a hasil dari ilham serta Rasulullah SAW tidak mengingkarinya. Lihat pada kitab-kitab hadits yang mu’tabar.
        Problem yang kedua adalah apakah pahala bacaan tidak sampai kepada mayit dan mayit dapat menerima manfaat. Jawabnya adalah benar, sampai kepada mayit dan mayit dan mayit dapat merasakan manfaatnya .
عن ابن عباس رضي الله عنهما : ان امرأة من جهينة جائت الى النبي ص م فقالت : ان امى نذرت ان تحج حتى ماتت افأحج عنها ؟
        Al-faqih Abdullah al-hanbali dalam ghayah al-maqshud  mencoba menformulasikan pendapat-pendapat ulama yang menyatakan bahwa pahala-pahala amal sholih dapat sampai kepada mayit, sseperti haji, shodaqoh, dan membaca al-Qur'an. Dan tidak disangsikan lagi hal tersebut memasukkan dzikir-dzikir seperti tahlil, takbir, sholawat salam pada nabi. Semua itu adalah termasuk amal sholih, bagi pembacanya mendapat pahala dan apabila dihadiahkan kepada mayit maka Allah menerimanya dan disampaikan kepada mayit. Dan jika telah sampai kepada mayit, maka mayit akan merasakan manfaatnya karna anugrah Allah SWT. dalilmnya:
·     
قال : نعم حجى عنها , ارأيت لو كان على امك دين اكنت قاضيته ؟ اقضوالله فالله احق بالوفاء. ( رواه البخاري ) 
 
“ dari ibnu abbas ra, bahwasanya seorang wanita dari suku Juhainah datang kepada Nabi Muhammmad SAW, lalu bertanya : bahwasanya ibuku bernadzar akan naik haji, tetapi ia meninggal sebelum naik haji itu, bolehkah saya menggantikan hajinya itu? Jawab Nabi : ya boleh, naik hajilah kamu menggantikan dia!”
        Perhtikanlah, umpama ia berhutang tentu engkau bisa membayar hutangnya, maka hutang kepada Tuhan lebih berhaq untuk dibayar.
بسم الله اللهم تقبل من محمد  اَل محمد ومن امة محمد ثم ضحى  به (رواه مسلم )
        Dalam hadits ini dapat dipahami bahwa pahala amal-amal haji yang dikerjakan oleh seorang anak boleh diberikannya/dihadiahkan kepada ibunya, sehinga hutang nadzar ibunya menjadi terbayar dan ibunya tidak berdosa lagi terhadap Tuhan. Selain itu, bahwa hutang-hutang orang yang wafat boleh dibayar oleh anaknya, sehingga orang-orang yang telah wafat itu bebas dari hutangnya, baik di dunia maupun di akhirat.
·       
“dengan nama Allah! Ya Allah terimalah(korbanku) dari Muhammad, dan keluarga Muhammad dan dari umat Muhammad ”.
عن عائشة رضي الله عنها , ان رسول الله ص م قال : من مات و عليه صيام صام عنه وليه رواه مسلم )
        Dari hadits Muslim yang shohih ini, bahwasanya Nabi berkorban yang pahalanya untuk beliau, dan sebagian diberikan kepada keluarga dan seluruh umat beliau. Kalau hal ini terlarang dan tidak berfaedah, tentunya beliau ridak akan mengerjakan ini, yaitu menghadiahkan pahala korban beliau untuk keluarganya dan untuk umatnya.
·       
“barang siapa meninggal sedang dia berhutang puasa, maka walinya boleh menggantikan puasa itu”.
        Imam Nawawi membri komentar terhadap hadits ini :”yang dimaksud dengan “wali” disini adalah ashabah (karib-kerabat)/ahli waris/ lain-lainnya.”lanjutnya beliau ”menurut madzhab kita (syafi’i) adalah sunnah hukumnya bagi wali untuk membayar hutang puasa orang yang telah wafat itu. Ulama-ulama salaf(300 tahun sesudah Nabi) banyak yang berpendapat begitu seperti hasan basri, Qutadah, abu Tsur dan lain-lain.
        Dari beberapa dalil diatas maka nyatalah bahwa menolong seseorang dengan memberikan pahala ibadah puasa kita, adalah suatu amal mustahabah amal baik, bukan amal bid’ah.


dirangkum oleh guru admin : ustadz Sofyamsyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar