MAKALAH
ANALISIS CERPEN “SECANGKIR
KOPI DAN SEPOTONG DONAT” KARYA UMAR KAYAM BERDASARKAN
UNSUR-UNSUR INTRINSIK KARYA
SASTRA
(TOKOH/PENOKOHAN, LATAR, DAN SUDUT PANDANG)
OLEH :
KELAS
|
:
|
XI UNGGULAN
IPA 1
|
KELOMPOK
|
:
|
MUJAHIDAIN FI
SABILILLAH
|
ANGGOTA
|
:
|
1..SYARIF HIDAYATULLAH
|
2. AHMAD
YAZID LATIF
|
YAYASAN PONDOK PESANTREN NURUL JADID
MADRASAH ALIYAH NURUL JADID
PROBOLINGGO
2013
Segala puji dan syukur hanya bagi
Allah yang telah meridhoi dan senantiasa memberikan petunjuk kepada penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah banyak membantu penulis selama penulisan makalah maupun selama
penulis belajar di Madrasah Aliyah Nurul Jadid, diantaranya kepada:
1.
Guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia Madrasah Aliyah Nurul Jadid yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini.
2.
Segenap
Bapak guru Program Studi Sastra Pendidikan dan Bahasa Indonesia di Madrasah
Aliyah Nurul Jadid.
3.
Rekan siswa dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam segala
bentuk apapun demi selesainya makalah ini.
Semoga amal beliau-beliau diatas
mendapatkan imbalan jasa yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena
keterbatasan kemampuan, maka menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu, segala kritikan dan
bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan pembuatan skripsi dimasa
yang akan datang.
Demikian prakata penulis,
mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis pribadi, maupun bagi pembaca pada umumnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca yang budiman. Amin ya robbal alamin.
Probolinggo, 31 Mei 2013
Penulis
KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 3
1.1. Latar
Belakang.......................................................................................... 3
1.2. Rumusan
Masalah..................................................................................... 3
1.3. Pembatasan
Masalah................................................................................. 3
1.4. Tujuan........................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................... 5
2.1. Pengertian
Cerpen..................................................................................... 5
2.2. Kajian-kajian
Unsur Intrinsik Cerpen........................................................ 5
2.3.1. Penokohan.......................................................................................... 5
2.3.2. Latar................................................................................................... 6
2.3.3. Sudut
pandang................................................................................... 8
BAB 3 PENUTUP................................................................................................... 9
3.1. KESIMPULAN........................................................................................ 9
3.2. SARAN..................................................................................................... 9
PENDAHULUAN
Cerpen
adalah salah satu karya sastra bebas yang biasanya berbentuk tulisan. Kini
cerpen tidak hanya tersebar dalam bentuk tulisan dalam buku, namun karya
seiring dengan perkembangan zaman cerpen juga ditulis dalam bentuk tulisan
dalam dunia maya terkadang pada blog pribadi, forum resmi pendidikan
atau bahkan di jejaring sosial yang saat ini sedang marak digunakan oleh banyak
kalangan mulai dari anak-anak, remaja bahkan yang sudah dewasa. Namun bedanya
cerpen yang sering tertulis dalam dunia maya (selain forum pendidikan yang
resmi) kurang memamerkan karya sastra yang membantu dalam hal pendidikan bahkan
terkadang yang tertulis berupa cerita-cerita yang tidak patut dipamerkan kepada
publik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas,
dapat dirumuskan dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana penokohan cerpen “Secangkir
Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar Kayam?
2. Bagaiman Latar cerpen “Secangkir
Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar Kayam?
3. Bagaimana sudut pandang penulis dalam
cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar Kayam?
1.3. Pembatasan Masalah
Sebenarnya masalah-masalah yang ada
pada cerpen “Secangkir
Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar kayam
dalam unsur intrinsik sangatlah luas. Karena terbatasnya waktu, perlu adanya
pembatasan masalah terhadap unsur-unsur intrinsik yang dimaksud. Maka dari itu
kami akan membatasi masalah-masalah yang kami anggap penting saja sebagai mana
berikut:
- Hanya fokus terhadap tokoh utama saja
- Latar yang sering terjadi dalam cerita yang dimaksud
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yakni untuk mengetahui unsur-unsur
intrinsik yang terdapat dalam cerpen” Secangkir Kopi dan Sepotong Roti”
karya Umar Kayam khususnya dari segi tokoh/penokohan, latar, dan sudut pandang
penulis dalam karya sastranya.
1.5.
Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi penulis, yakni: (1)sebagai
bentuk aplikasi terhadap pemahaman yang telah didapat di sekolah.
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca, yakni: (1)memperluas
wawasan pembaca tentang cara menganalisis unsur intrinsik suatu cerpen,
utamanya: penokohan, latar dan sudut pandang, (2)sebagai tambahan sumber
referensi bagi pembaca tentang cara menganalisis unsur intrinsik suatu cerpen,
utamanya: penokohan, latar dan sudut pandang
PEMBAHASAN
Cerita adalah
ekspresi yang menggunakan kata-kata atas suatu kejadian atau peristiwa yang
dialami oleh manusia . cerita selamanya akan menyangkut manusia atau makhluq
dan hal lain yang diperinsankan (dipersonifikasikan). Kejadian itu berlangsung
pada saat seseorang berinteraksi dengan menusia lain dan alam sekelilingnya .
wujud dari interaksi itu dilahirkan dengan hal-hal yang dinyatakan dari pikiran
dan perasaan dan hal-hal yang dinyatakan dengan perbuatan (the liang,2002:197)
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia,
tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Panuti
Sudjiman, 1988:16).
Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu
karya sastra yang harus selalu menunjang kebutuhan artistik itu, Kennye dalam
Panuti Sudjiman (1966:25).
Penokohan dalam cerita rekaan dapat diklasifikasikan melalui jenis tokoh,
kualitas tokoh, bentuk watak dan cara penampilannya. Menurut jenisnya ada tokoh
utama dan tokoh bawahan. Yang dimaksud dengan tokoh utama ialah tokoh yang
aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh utama dalam peristiwa tertentu
(Stanton, 1965:17).
9
|
Jika dilihat dari cara menampilkan tokohnya ada yang ditampilkan dengan
cara analitik dan dramatik. Penampilan secara anlitik adalah pengarang langsung
memaparkan karakter tokoh, misalnya disebutkan keras hati, keras kepala,
penyayang dan sebagainya. Sedangkan penampilan yang dramatik, karakter tokohnya
tidak digambarkan secara langsung, melainkan disampaikan melalui; (1) pilihan
nama tokoh, (2) penggambaran fisik atau postur tubuh, dan (3) melalui dialog
(Atar Semi, 1984:31-32).
Sering dapat diketahui bahwa cara pengarang menggambarkan atau
memunculkan tokohnya dengan berbagi cara. Mungkin cara pengarang menampilkan
tokoh sebagai pelaku yang hanya di alam mimpi, pelaku memiliki semangat
perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku memiliki cara yang sesuai
dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku egois, kacau dan
mementingkan diri sendiri (Bouton dalam Aminuddin, 1984).
Penyajian watak tokoh yang dihadirkan pengarang tentunya melahirkan
karakter yang berbeda-beda pula, antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain.
Cara mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui pernyataan langsung,
melalui peristiwa, melalui percakapan, melalui menolong batin, melalui
tanggapan atas pernyataan atau perbuatan dari tokoh-tokoh lain dan melalui
kiasan atau sindiran. Suatu karakter mestinya harus ditampilkan dalam suatu
pertalian yang kuat, sehingga dapat membentuk kesatuan kesan dan pengertian
tentang personalitas individualnya. Artinya, tindak-tindak tokoh tersebut
didasarkan suatu motivasi atau alasan-alasan yang dapat diterima atau
setidak-tidaknya dapat dipahami mengapa dia berbuat dan bertindak demikian
(Atar Semi, 1988:37-38).
Perlu diingat, dalam sebuah novel/cerpen, pengarang menjalaskan keadaan watak
para pelakunya, antara lain: watak penakut, pemalu, penyabar, dan pemberani.
Watak-watak tokoh tersebut dapat dilihat melalui: (1)lukisan bentuk lahir
pelaku, (2) gambaran tentang jalan pikiran pelaku, (3)reaksi tokoh terhadap
peristiwa yang terjadi, dan (4)lukisan tentang keadaan sekitar tokoh.
TOKOH
|
PENOKOHAN
|
INTERPRETASI
|
Peggy
|
tergesa-gesa
|
"disambarnya dengan cepat kertas itu dan dibawanya ke
kebelakang mesin hitung"
|
pekerja Keras
|
“peggy menuangkan kopi,
peggy menyambar donat peggy menekan mesin hitung. Peggy dimana mana”
|
|
marah
|
"Bapak mabuk lagi semalam. Ibu dipukuli. Puas, tuan? Now
get out! Out!"
|
|
Pemuda berambut pirang
|
kecewa
|
"Peggy aku serius, kenapa kau tidak datang semalam
|
"Peggy, my love. Aku butuh penjelasan. Kenapa kau tidak
jadi datang?"
|
||
Jim
|
terobsesi terhadap Peggy
|
"Peggy memberikan gelas itu kepada Jim. Dengan wajah
berseri-seri Jim menerima gelas itu"
|
tidak enak badan
|
"bob, ted. Maukah kau memintakan permisi kepada tuan McLeod
buat aku? Aku merasa tidak enak badan, besok aku masuk lagi"
|
Menurut pendapat Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan setting/latar
adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun
peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Lebih lanjut
Leo Hamalian dan Frederick R. Karel menjelaskan bahwa setting dalam karya fiksi
bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam
lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan
dengan sikap, jalan pikiran, prasangka maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam
menanggapi suatu problema tertentu. Setting dalam bentuk terakhir ini dapat
dimasukkan ke dalam setting yang bersifat psikologis (Aminuddin, 1987:68).
Secara rinci Tarigan (1986:136) menjelaskan beberapa maksud dan tujuan
pelukisan latar sebagai berikut :
1) Latar yang dapat dengan mudah
dikenal kembali dan dilukiskan dengan terang dan jelas serta mudah diingat,
biasanya cenderung untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerak serta
tindakannya.
2) Latar suatu cerita dapat
mempunyai relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti umum dari
suatu cerita.
3) Latar mempunyai maksud-maksud
tertentu yang mengarah pada penciptaan atmosfir yang bermanfaat dan berguna.
Selain menjelaskan fungsi latar sebagai penggambaran tempat (ruang) dan
waktu, latar juga sangat erat hubungannya dengan tokoh-tokoh cerita, karena
tentangnya dapat mengekspresikan watak pelaku (Wellek, 1962:221). Penggambaran
latar yang tepat akan mampu memberikan suasana tertentu dan membuat cerita
lebih hidup. Dengan adanya penggambaran latar tersebut segala peristiwa,
keadaan dan suasana yang dilakukan oleh para tokoh dapat dirasakan oleh
pembaca.
Latar ialah segala keterangan mengenai waktu, ruang, tempat, dan suasana
yang terdapat dalam karya sastra. Rincian fungsi latar ialah sebagai berikut.
1.
Berhubungan dengan social
budaya yang memperjelas waktu itu lahir.
2.
Mendorong pembaca untuk
mengetahui cerita itu terjadi, apakah di sekolah, di kantor, di desa, di kota
dengan kehidupan yang berbeda-beda.
3.
Mendorong pembaca untuk
mengetahui kapan terjadinya cerita, apakah masa kini, masa lalu, siang hari,
atau malam hari.
4.
Pembaca akan mengetahui
terjadinya peristiwa yang mungkin menggembirakan, mengerikan, mencekam, atau
membangkitkan semangat.
5.
Berhubungan dengan
rangkaian peristiwa yang dialami tokoh cerita. Mengkin tampilan dari warga
kota, warga desa, petani, buruh, pelajar, atau kaum remaja.
6.
Cerita lebih jelas,
lengkap, utuh, dan padu
LATAR
|
INTERPERTASI
|
|
Pagi Hari
|
"Sebentar kemudian jam berdenting sepuluh kali,…"
|
|
New York
|
"dan suatu pagi yang sempurna di New York dalam fluffy
donut coffe house"
|
|
Warung Kopi
|
"dan sesudah itu hari bukan pagi dan fluffy donut bukan
lagi satu warung kopi”
|
|
Suasana
|
sibuk
|
"seperti biasa, Peggy. Kopi dan sepotong
cruller"." dan kau, dan kau dan kau?"
|
"sebab pukul sepuluh berarti "jam ngopi" dan
"jam ngopi" berarti orang minta kopi, orang minta kopi, dan orang
minta kopi terus sampai jam sebelas"
|
Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya
disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan dengan point of view (Aminuddin,
1987:90). Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar Semi (1988:51) yang
menyebutkan istilah sudut pandang, atau point of view dengan istilah pusat
pengisahan, yakni posisi dan penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau
darimana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Sudut pandang membedakan kepada pembaca, siapa menceritakan cerita, dan
menentukan struktur gramatikal naratif. Siapa yang menceritakan cerita adalah
sangat penting, dalam menentukan apa dalam cerita, pencerita yang berbeda akan
melihat benda-benda secara berbeda pula (Montaqua dan Henshaw, 1966:9).
Lebih lanjut Atar Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah
merupakan posisi dan penempatan pengarang dalam ceritanya. Ia membedakan titik
kisah menjadi empat jenis yang meliputi : (1) pengarang sebagai tokoh, (2)
pengarang sebagai tokoh sampingan, (3) pengarang sebagai orang ketiga, (4)
pengarang sebagai pemain dan narrator.
SUDUT PANDANG
|
INTERPRETASI
|
orang ketiga
|
"dan sesudah itu hari bukan pagi dan fluffy donut bukan
lagi satu warung kopi”
|
pengamat
|
"pemuda memandang wajah peggy lama-lama. Tapi peggy tidak sempat
lagi memandang kembali”
|
Berdasarkan dari cerita “Secangkir Kopi dan Sepotong Donat” karya umar
kayam, kami mendapatkan kesimpulan bahwa :
1.
Pada cerpen “Secangkir Kopi
dan Sepotong Donat”, Umar Kayam memberikan penokohan kepada tokoh dalam
karyanya sebagai berikut: (1)Peggy sebagai gadis yang tergesa-gesa, pekerja
keras, dan marah, (2) Pemuda berambut pirang sebagai pemuda yang kecewa
terhadap Peggy, (3) Jim sebagai orang yang terobsesi oleh Peggy.
2.
Pada cerpen “Secangkir Kopi
dan Sepotong Donat”, Umar Kayam memberikan latar dalam cerita tersebut pada
siang hari di warung fluffy donut coffe house, New York dalam suasana
masyarakat yang sibuk.
3.
Pada cerpen, sudut pandang
yang digunakan dalam cerita oleh Umar Kayam, yakni sebagai orang
ketiga/pengamat.
Berdasarkan dari cerita “secangkir kopi dan sepotong donat” karya umar
kayam, kami memiliki saran untuk pembaca, yakni: (1)Jangan hanya memikirkan
diri sendiri/egois, karna kita hidup bermasyarakat dan kita pasti akan berinteraksi
dengan mereka (2)Sebaiknya untuk menilai seseorang harus benar-benar tau
bagaimana kondisi seseorang tersebut.
Berdasarkan dari cerita
“secangkir kopi dan sepotong donat” karya umar kayam, kami memiliki
saran untuk penulis lain yang ingin membuat karya ilmiah yang sejenis, yakni:
(1) pahamilah konsep dan teori tentang cerpen dan yang terkait, (2)
berhati-hatilah dalam menganalisis suatu karya.
REFERENSI
Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Sastra.
Bandung : Sinar Baru.
__________, (ed). 1990. Sekitar Masalah Sastra
Beberapa Prinsip dan Model Pengembangannya : Malang : Yayasan
Asah-Asih-Asuh.
Eneste, Panusuk. 1983. Mempertimbangkan Tradisi.
Jakarta: Gramedia.
Junus, Umar. 1986. Sosiologi Sastra. Persoalan
Teori dan Metode. Kementrian Kuala Lumpur. Malaysia : Dewan Bahasa dan
Pustaka.
Kayam, Umar. 1975. Sri Sumarah. Jakarta :
Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta : Gramedia.
Mulder,
Niels. 1981. Kepribadian Jaman dan Perkembangan Nasional. Gajah Mada
University Press; Sinar Harapan.
Sastromiharjo,
Andoyo. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Jakarta; yudhistira.
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung:
Angkasa.
_________, 1988. Anatomi Sastra. Bandung:
Angkasa Raya.
Subandiroso. 1987. Sosiologi Antropologi 2. Program
Pendidikan Pengetahuan Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial. Klaten: Intan Pariwara.
Sudjiman, Panuti, 1988. Memahami Cerita Rekaan.
Bandung: Tarate.
Sukade, Made. 1985. Pembinaan Kritik Sastra
Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Bandung : Angkasa
Sumardjo, Jakop. 1982. Sepuluh Tahun Terakhir
Novel Indonesia Sebuah Pengantar. Dalam Majalah Horison No. 8/1982. Jakarta
: Temprint
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori
Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar