Selasa, 24 Desember 2013

Makalah Analisis Cerpen

MAKALAH
ANALISIS CERPEN “SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG DONAT” KARYA UMAR KAYAM BERDASARKAN
UNSUR-UNSUR INTRINSIK KARYA SASTRA
(TOKOH/PENOKOHAN, LATAR, DAN SUDUT PANDANG)






OLEH :
KELAS
:
XI UNGGULAN IPA 1
KELOMPOK
:
MUJAHIDAIN FI SABILILLAH
ANGGOTA
:
1..SYARIF HIDAYATULLAH


2. AHMAD YAZID LATIF
YAYASAN PONDOK PESANTREN NURUL JADID
MADRASAH ALIYAH NURUL JADID
PROBOLINGGO
2013



         
          Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah meridhoi dan senantiasa memberikan petunjuk kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
          Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama penulisan makalah maupun selama penulis belajar di Madrasah Aliyah Nurul Jadid, diantaranya kepada:
1.       Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Madrasah Aliyah Nurul Jadid yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
2.       Segenap Bapak guru Program Studi Sastra Pendidikan dan Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah Nurul Jadid.
3.       Rekan siswa dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam segala bentuk apapun demi selesainya makalah ini.
          Semoga amal beliau-beliau diatas mendapatkan imbalan jasa yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena keterbatasan kemampuan, maka menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu, segala kritikan dan bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan pembuatan skripsi dimasa yang akan datang.
          Demikian prakata penulis, mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi, maupun bagi pembaca pada umumnya.
          Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman. Amin ya robbal alamin.

           
Probolinggo, 31 Mei 2013

Penulis



KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 3
1.1.     Latar Belakang.......................................................................................... 3
1.2.     Rumusan Masalah..................................................................................... 3
1.3.     Pembatasan Masalah................................................................................. 3
1.4.     Tujuan........................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................... 5
2.1.     Pengertian Cerpen..................................................................................... 5
2.2.     Kajian-kajian Unsur Intrinsik Cerpen........................................................ 5
2.3.1.     Penokohan.......................................................................................... 5
2.3.2.     Latar................................................................................................... 6
2.3.3.     Sudut pandang................................................................................... 8
BAB 3 PENUTUP................................................................................................... 9
3.1.     KESIMPULAN........................................................................................ 9
3.2.     SARAN..................................................................................................... 9




PENDAHULUAN
Cerpen adalah salah satu karya sastra bebas yang biasanya berbentuk tulisan. Kini cerpen tidak hanya tersebar dalam bentuk tulisan dalam buku, namun karya seiring dengan perkembangan zaman cerpen juga ditulis dalam bentuk tulisan dalam dunia maya terkadang pada blog pribadi, forum resmi pendidikan atau bahkan di jejaring sosial yang saat ini sedang marak digunakan oleh banyak kalangan mulai dari anak-anak, remaja bahkan yang sudah dewasa. Namun bedanya cerpen yang sering tertulis dalam dunia maya (selain forum pendidikan yang resmi) kurang memamerkan karya sastra yang membantu dalam hal pendidikan bahkan terkadang yang tertulis berupa cerita-cerita yang tidak patut dipamerkan kepada publik.
Berdasarkan Latar Belakang diatas, dapat dirumuskan dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.      Bagaimana penokohan cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar Kayam?
2.      Bagaiman Latar cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar Kayam?
3.      Bagaimana sudut pandang penulis dalam cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar Kayam?
Sebenarnya masalah-masalah yang ada pada cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar kayam dalam unsur intrinsik sangatlah luas. Karena terbatasnya waktu, perlu adanya pembatasan masalah terhadap unsur-unsur intrinsik yang dimaksud. Maka dari itu kami akan membatasi masalah-masalah yang kami anggap penting saja sebagai mana berikut:
  1. Hanya fokus terhadap tokoh utama saja
  2. Latar yang sering terjadi dalam cerita yang dimaksud
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yakni untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen” Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Umar Kayam khususnya dari segi tokoh/penokohan, latar, dan sudut pandang penulis dalam karya sastranya.
1.5. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi penulis, yakni: (1)sebagai bentuk aplikasi terhadap pemahaman yang telah didapat di sekolah.
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca, yakni: (1)memperluas wawasan pembaca tentang cara menganalisis unsur intrinsik suatu cerpen, utamanya: penokohan, latar dan sudut pandang, (2)sebagai tambahan sumber referensi bagi pembaca tentang cara menganalisis unsur intrinsik suatu cerpen, utamanya: penokohan, latar dan sudut pandang





PEMBAHASAN
Cerita adalah ekspresi yang menggunakan kata-kata atas suatu kejadian atau peristiwa yang dialami oleh manusia . cerita selamanya akan menyangkut manusia atau makhluq dan hal lain yang diperinsankan (dipersonifikasikan). Kejadian itu berlangsung pada saat seseorang berinteraksi dengan menusia lain dan alam sekelilingnya . wujud dari interaksi itu dilahirkan dengan hal-hal yang dinyatakan dari pikiran dan perasaan dan hal-hal yang dinyatakan dengan perbuatan (the liang,2002:197)
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Panuti Sudjiman, 1988:16).
Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu karya sastra yang harus selalu menunjang kebutuhan artistik itu, Kennye dalam Panuti Sudjiman (1966:25).
Penokohan dalam cerita rekaan dapat diklasifikasikan melalui jenis tokoh, kualitas tokoh, bentuk watak dan cara penampilannya. Menurut jenisnya ada tokoh utama dan tokoh bawahan. Yang dimaksud dengan tokoh utama ialah tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh utama dalam peristiwa tertentu (Stanton, 1965:17).

9
Ditinjau dari kualitas tokoh, ada tokoh yang berbentuk datar dan tokoh yang berbentuk bulat. Adapun tokoh yang berbentuk datar ialah tokoh yang tidak memiliki variasi perkembangan jiwa, karena sudah mempunyai dimensi yang tetap, sedangkan tokoh yang berbentuk bulat ialah tokoh yang memiliki variasi perkembangan jiwa yang dinamis sesuai dengan lingkungan peristiwa yang terjadi. Biasanya tokoh yang berbentuk datar itu pada dasarnya sama dengan tokoh tipologis, dan tokoh yang berbentuk built disebut tokoh psikologis. Dengan demikian tokoh tipologis juga berarti tokoh yang tidak banyak mempersoalkan perkembangan jiwa atau tidak mengalami konflik psikis, karena sudah mempunyai personalitas yang mapan. Sedangkan tokoh psikologis adalah tokoh yang tidak memiliki persoanlitas yang mapan dan selalu dinamis (Kuntowijaya dalam Pradopo dkk, 11984:91).
Jika dilihat dari cara menampilkan tokohnya ada yang ditampilkan dengan cara analitik dan dramatik. Penampilan secara anlitik adalah pengarang langsung memaparkan karakter tokoh, misalnya disebutkan keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya. Sedangkan penampilan yang dramatik, karakter tokohnya tidak digambarkan secara langsung, melainkan disampaikan melalui; (1) pilihan nama tokoh, (2) penggambaran fisik atau postur tubuh, dan (3) melalui dialog (Atar Semi, 1984:31-32).
Sering dapat diketahui bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya dengan berbagi cara. Mungkin cara pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya di alam mimpi, pelaku memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku memiliki cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku egois, kacau dan mementingkan diri sendiri (Bouton dalam Aminuddin, 1984).
Penyajian watak tokoh yang dihadirkan pengarang tentunya melahirkan karakter yang berbeda-beda pula, antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Cara mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui pernyataan langsung, melalui peristiwa, melalui percakapan, melalui menolong batin, melalui tanggapan atas pernyataan atau perbuatan dari tokoh-tokoh lain dan melalui kiasan atau sindiran. Suatu karakter mestinya harus ditampilkan dalam suatu pertalian yang kuat, sehingga dapat membentuk kesatuan kesan dan pengertian tentang personalitas individualnya. Artinya, tindak-tindak tokoh tersebut didasarkan suatu motivasi atau alasan-alasan yang dapat diterima atau setidak-tidaknya dapat dipahami mengapa dia berbuat dan bertindak demikian (Atar Semi, 1988:37-38).
Perlu diingat, dalam sebuah novel/cerpen, pengarang menjalaskan keadaan watak para pelakunya, antara lain: watak penakut, pemalu, penyabar, dan pemberani.
Watak-watak tokoh tersebut dapat dilihat melalui: (1)lukisan bentuk lahir pelaku, (2) gambaran tentang jalan pikiran pelaku, (3)reaksi tokoh terhadap peristiwa yang terjadi, dan (4)lukisan tentang keadaan sekitar tokoh.
TOKOH
PENOKOHAN
INTERPRETASI
Peggy
tergesa-gesa
"disambarnya dengan cepat kertas itu dan dibawanya ke kebelakang mesin hitung"
pekerja Keras
“peggy menuangkan kopi, peggy menyambar donat peggy menekan mesin hitung. Peggy dimana mana”
marah
"Bapak mabuk lagi semalam. Ibu dipukuli. Puas, tuan? Now get out! Out!"
Pemuda berambut pirang
kecewa
"Peggy aku serius, kenapa kau tidak datang semalam
"Peggy, my love. Aku butuh penjelasan. Kenapa kau tidak jadi datang?"
Jim
terobsesi terhadap Peggy
"Peggy memberikan gelas itu kepada Jim. Dengan wajah berseri-seri Jim menerima gelas itu"
tidak enak badan
"bob, ted. Maukah kau memintakan permisi kepada tuan McLeod buat aku? Aku merasa tidak enak badan, besok aku masuk lagi"

Menurut pendapat Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan setting/latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Lebih lanjut Leo Hamalian dan Frederick R. Karel menjelaskan bahwa setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu. Setting dalam bentuk terakhir ini dapat dimasukkan ke dalam setting yang bersifat psikologis (Aminuddin, 1987:68).
Secara rinci Tarigan (1986:136) menjelaskan beberapa maksud dan tujuan pelukisan latar sebagai berikut :
1) Latar yang dapat dengan mudah dikenal kembali dan dilukiskan dengan terang dan jelas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerak serta tindakannya.
2) Latar suatu cerita dapat mempunyai relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti umum dari suatu cerita.
3) Latar mempunyai maksud-maksud tertentu yang mengarah pada penciptaan atmosfir yang bermanfaat dan berguna.
Selain menjelaskan fungsi latar sebagai penggambaran tempat (ruang) dan waktu, latar juga sangat erat hubungannya dengan tokoh-tokoh cerita, karena tentangnya dapat mengekspresikan watak pelaku (Wellek, 1962:221). Penggambaran latar yang tepat akan mampu memberikan suasana tertentu dan membuat cerita lebih hidup. Dengan adanya penggambaran latar tersebut segala peristiwa, keadaan dan suasana yang dilakukan oleh para tokoh dapat dirasakan oleh pembaca.
Latar ialah segala keterangan mengenai waktu, ruang, tempat, dan suasana yang terdapat dalam karya sastra. Rincian fungsi latar ialah sebagai berikut.
1.      Berhubungan dengan social budaya yang memperjelas waktu itu lahir.
2.      Mendorong pembaca untuk mengetahui cerita itu terjadi, apakah di sekolah, di kantor, di desa, di kota dengan kehidupan yang berbeda-beda.
3.      Mendorong pembaca untuk mengetahui kapan terjadinya cerita, apakah masa kini, masa lalu, siang hari, atau malam hari.
4.      Pembaca akan mengetahui terjadinya peristiwa yang mungkin menggembirakan, mengerikan, mencekam, atau membangkitkan semangat.
5.      Berhubungan dengan rangkaian peristiwa yang dialami tokoh cerita. Mengkin tampilan dari warga kota, warga desa, petani, buruh, pelajar, atau kaum remaja.
6.      Cerita lebih jelas, lengkap, utuh, dan padu

LATAR
INTERPERTASI
Pagi Hari
"Sebentar kemudian jam berdenting sepuluh kali,…"
New York
"dan suatu pagi yang sempurna di New York dalam fluffy donut coffe house"
Warung Kopi
"dan sesudah itu hari bukan pagi dan fluffy donut bukan lagi satu warung kopi”
Suasana
sibuk
"seperti biasa, Peggy. Kopi dan sepotong cruller"." dan kau, dan kau dan kau?"
"sebab pukul sepuluh berarti "jam ngopi" dan "jam ngopi" berarti orang minta kopi, orang minta kopi, dan orang minta kopi terus sampai jam sebelas"

Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan dengan point of view (Aminuddin, 1987:90). Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar Semi (1988:51) yang menyebutkan istilah sudut pandang, atau point of view dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi dan penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau darimana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Sudut pandang membedakan kepada pembaca, siapa menceritakan cerita, dan menentukan struktur gramatikal naratif. Siapa yang menceritakan cerita adalah sangat penting, dalam menentukan apa dalam cerita, pencerita yang berbeda akan melihat benda-benda secara berbeda pula (Montaqua dan Henshaw, 1966:9).
Lebih lanjut Atar Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah merupakan posisi dan penempatan pengarang dalam ceritanya. Ia membedakan titik kisah menjadi empat jenis yang meliputi : (1) pengarang sebagai tokoh, (2) pengarang sebagai tokoh sampingan, (3) pengarang sebagai orang ketiga, (4) pengarang sebagai pemain dan narrator.

SUDUT PANDANG
INTERPRETASI
orang ketiga
"dan sesudah itu hari bukan pagi dan fluffy donut bukan lagi satu warung kopi”
pengamat
"pemuda memandang wajah peggy lama-lama. Tapi peggy tidak sempat lagi memandang kembali”




Berdasarkan dari cerita “Secangkir Kopi dan Sepotong Donat” karya umar kayam, kami mendapatkan kesimpulan bahwa :
1.      Pada cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Donat”, Umar Kayam memberikan penokohan kepada tokoh dalam karyanya sebagai berikut: (1)Peggy sebagai gadis yang tergesa-gesa, pekerja keras, dan marah, (2) Pemuda berambut pirang sebagai pemuda yang kecewa terhadap Peggy, (3) Jim sebagai orang yang terobsesi oleh Peggy.
2.      Pada cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Donat”, Umar Kayam memberikan latar dalam cerita tersebut pada siang hari di warung fluffy donut coffe house, New York dalam suasana masyarakat yang sibuk.
3.      Pada cerpen, sudut pandang yang digunakan dalam cerita oleh Umar Kayam, yakni sebagai orang ketiga/pengamat.
Berdasarkan dari cerita “secangkir kopi dan sepotong donat” karya umar kayam, kami memiliki saran untuk pembaca, yakni: (1)Jangan hanya memikirkan diri sendiri/egois, karna kita hidup bermasyarakat dan kita pasti akan berinteraksi dengan mereka (2)Sebaiknya untuk menilai seseorang harus benar-benar tau bagaimana kondisi seseorang tersebut.
Berdasarkan dari cerita  “secangkir kopi dan sepotong donat” karya umar kayam, kami memiliki saran untuk penulis lain yang ingin membuat karya ilmiah yang sejenis, yakni: (1) pahamilah konsep dan teori tentang cerpen dan yang terkait, (2) berhati-hatilah dalam menganalisis suatu karya.



 REFERENSI
Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung : Sinar Baru.
__________, (ed). 1990. Sekitar Masalah Sastra Beberapa Prinsip dan Model Pengembangannya : Malang : Yayasan Asah-Asih-Asuh.
Eneste, Panusuk. 1983. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia.
Junus, Umar. 1986. Sosiologi Sastra. Persoalan Teori dan Metode. Kementrian Kuala Lumpur. Malaysia : Dewan Bahasa dan Pustaka.
Kayam, Umar. 1975. Sri Sumarah. Jakarta : Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Mulder, Niels. 1981. Kepribadian Jaman dan Perkembangan Nasional. Gajah Mada University Press; Sinar Harapan.
Sastromiharjo, Andoyo. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Jakarta; yudhistira.
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
_________, 1988. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya.
Subandiroso. 1987. Sosiologi Antropologi 2. Program Pendidikan Pengetahuan Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial. Klaten: Intan Pariwara.
Sudjiman, Panuti, 1988. Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Tarate.
Sukade, Made. 1985. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Bandung : Angkasa
Sumardjo, Jakop. 1982. Sepuluh Tahun Terakhir Novel Indonesia Sebuah Pengantar. Dalam Majalah Horison No. 8/1982. Jakarta : Temprint
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar